JURNALPANTURA.COM, Jakarta - Raimuna Nasional XI Gerakan Pramuka tahun 2017 resmi dibuka oleh Presiden RI, Kak Joko Widodo di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta Timur, bertepatan dengan Hari Pramuka ke 56, Senin 14/08/2017.Kegiatan yang diikuti 15.000 Pramuka Penegak dan Pandega dari 34 Provinsi dan 514 kota/kabupaten serta Pramuka dari tujuh negara sahabat ini dilaksanakan sampai 21 Agustus 2017.
Raimuna sendiri berasal dari bahasa Ambai, Daerah Yapen Timur, Kabupaten Kepulauan Yapen Papua.Raimuna merupakan perkemahan untuk anggota penegak dan pandega.
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Kak Adhyaksa Dault mengucapkan selamat datang di Buperta. “Selaku Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka, saya ingin mengucapkan selamat datang di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur,” ujar Kak Adhyaksa Dault.
“Hormati dengan sungguh-sungguh siapa pun yang ditemui dengan ucapan dan tindakan yang baik dan benar. Anak Pramuka harus percaya diri, wajib hormat pada siapa pun, utamanya kepada orang tua, guru, pembina, termasuk kepada seluruh panitia, meskipun usianya sama dengan kalian,” jelas Kak Adhyaksa.
Jangan sampai anak Pramuka tidak tahu ketika ditanya tentang daerah asalnya, seperti jumlah penduduk, budaya, sejarah, dan lain-lan.
Raimuna sendiri berasal dari bahasa Ambai, Daerah Yapen Timur, Kabupaten Kepulauan Yapen Papua.Raimuna merupakan perkemahan untuk anggota penegak dan pandega.
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Kak Adhyaksa Dault mengucapkan selamat datang di Buperta. “Selaku Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka, saya ingin mengucapkan selamat datang di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur,” ujar Kak Adhyaksa Dault.
“Hormati dengan sungguh-sungguh siapa pun yang ditemui dengan ucapan dan tindakan yang baik dan benar. Anak Pramuka harus percaya diri, wajib hormat pada siapa pun, utamanya kepada orang tua, guru, pembina, termasuk kepada seluruh panitia, meskipun usianya sama dengan kalian,” jelas Kak Adhyaksa.
Jangan sampai anak Pramuka tidak tahu ketika ditanya tentang daerah asalnya, seperti jumlah penduduk, budaya, sejarah, dan lain-lan.
“Di Raimuna Nasional inilah kita memperdalam wawasan lokal, nasional bahkan internasional. Pelajari kembali tentang budaya dan sejarah daerah kalian masing-masing, ceritakan kepada teman-teman baru kalian di Raimuna Nasional. Jadikan ajang ini sebagai pertukaran budaya, ilmu dan informasi,” lanjut dia.
Pserta Raimuna Nasional membangun jaringan. Sebab salah satu manfaat mengikut perkemahan, terang Adhyaksa, adalah untuk membangun jaringan. Peserta diharapkan tidak hanya berteman dan berfoto ria dengan teman satu daerah saja, melainkan mencari teman sebanyak-banyaknya.“20 tahun kemudian bisa jadi kenalan adik-adik itu akan bertemu kembali di forum-forum internasional. Pulanglah ke daerah masing-masing dengan membawa informasi, inspirasi, dan jaringan,” tegas dia.
Sebagai Anggota Pramuka hendaknya lebih menjalankan agama masing-masing dan tidak meninggalkan ibadah. Dia meminta agar peserta selalu mengingat Dasa Darma dan Tri Satya Pramuka. “Ingat kata Bung Karno, Indonesia adalah negara yang bertuhan,” tegasnya.“Ingat, setiap Pramuka adalah kantor berita. Hafalkan juga 10 tugas Pramuka di media sosial. Pesan persatuan, kebinekaan, jiwa muda, kreatif, inovatif, berkarakter harus muncul dalam apa yang kalian posting di media sosial,” tandas Kak Adhyaksa.
Sebagai Anggota Pramuka hendaknya lebih menjalankan agama masing-masing dan tidak meninggalkan ibadah. Dia meminta agar peserta selalu mengingat Dasa Darma dan Tri Satya Pramuka. “Ingat kata Bung Karno, Indonesia adalah negara yang bertuhan,” tegasnya.“Ingat, setiap Pramuka adalah kantor berita. Hafalkan juga 10 tugas Pramuka di media sosial. Pesan persatuan, kebinekaan, jiwa muda, kreatif, inovatif, berkarakter harus muncul dalam apa yang kalian posting di media sosial,” tandas Kak Adhyaksa.
Persiapkan diri sejak sekarang untuk menjadi pemimpin. Kak Adhyaksa meyakini, di antara peserta Raimuna ada menjadi orang besar, pengusaha, bupati, walikota, gubernur, jenderal, menteri bahkan Presiden Republik Indonesia.“Jika jadi pejabat, jadilah pejabat yang melayani, yang rendah hati. Ojo dumeh, ojo nyleneh, ojo ngresulo, ojo suloyo (jangan sombong, jangan aneh-aneh, jangan mengeluh, dan jangan loyo). Jadilah orang besar pada hakikat, bukan orang besar pada jabatan yang ketika jabatannya hilang, maka hilang pula rasa sayang dan hormat orang lain padanya,” tegas dia.(J02)
0 komentar:
Posting Komentar